Sabtu, 22 Agustus 2015

Pejuang Siang


(goresan pena: Pande Bayu Pratama)

"Dia", datang tanpa diundang
Melenggang dalam ruang-ruang senggang
Menanti mereka para pejuang siang
Bukan uang yang "ia" cari, bukan
Namun menyisakan lubang dalam petang

Inilah para pejuang siang
Garang menghadang tiada bimbang
Terhunus pedang panjang
Berperang... di atas jurang-jurang

Menang! Demi seonggok masa depan
Secerca harapan, di setiap pengorbanan
"Ia" yang tadi datang, kini telah terbuang
Hanya terbuang...
Bukan berarti hilang dari pandang



Denpasar, 10082015

Senin, 25 Agustus 2014

Primadona Sewindu (Puisi)


Primadona Sewindu

Ia ada, walaupun tak diharapkan kehadirannya
Ia diinginkan, kendati tak seorangpun membutuhkannya
Sebuah kotak kecil, tergenggam oleh tangan-tangan dingin nan kasar
Malang sudah ia
Kotak kecil penumpu sejuta misteri
Bak bayi yang mulai berceloteh
Tak lekang oleh rayap pelahap zaman, ialah sang waktu
Yang menjadikannya primadona sewindu di tangan berada
Namun, kini ia bukan lagi kotak kecil yang hanya mampu berceloteh di tangan berada
Melainkan balok besar, berimplantasi pada jiwa-jiwa hampa yang haus akan keingintahuan
Perlahan ia renggut, mengambil alih dunia insani, dunia fana sementara tak terjamah
Membawa segenap insan menuju alam virtual tanpa batas konkrit
Seketika mengubahnya menjadi patung
Wahai engkau balok misteri, dengarkanlah
Kalian hanyalah buah imajinasi kami
Dan kalian hanyalah pelengkap dalam hidup kami
Namun mengapa kalian rampas kebebasan kami?
Mengapa kami kalian ikat di ruang nisbi ini?
Cukup sudah!
Kami sadar, kalian tak lebih dari sekadar candu dan sekat antara kami dan mereka
Kodratmu hanyalah sebuah balok
Dan selamanya akan tetap seperti itu 
Tatkala tiba, kau bukan lagi primadona sewindu, perampas realita manusia





 
Coretan Pena : Pande Bayu Pratama
Dps 04062014

Minggu, 08 Juni 2014

A Little Young Boy (Poetry)



A Little Young Boy

Time flies by
Until this young boy finds out the truth
A young boy who has been forgotten in his own world
A young boy who always asks to his shadow
Nobody could hear the buzz
But everyone can still hear the whispers
In the corner of those ruins this young boy stares
An empty sight from his eyes
At the edge of a slumber he stands
No more people around, just wind blows surround
To the black rose he tells each story
Still, only tenderness
A young boy gets closer to a shining star, but it fades away
Then a water drop brings news
It tells him to keep standing at the edge of the slumber
Where he would always be a little young boy



Author: Pande Bayu P.

If They Were Birds (Poetry)



If They Were Birds

Everybody dreamt they could be a bird
Flapped their wings and flew high touching the sky
No worries, fears or tears
Just freedoms
It makes no sense since it was just a dream
No, it wasn’t just a dream
Some people got their selves like a bird when they were starting to open their eyes
A bird without wings, trapped in a narrow cage
But why do they need wings whereas they don’t have to fly in the cage?
Why are there still many tears and sorrows?
And why do they still need freedoms whereas they are safe in the cage?
There is no free bird cares to their cage
Nor even if it’s made of gold
The dream comes true already, but life is still too rough and confusing to live 
The ignorant ones would die slowly at their palaces, called cage




Author: Pande Bayu P.

No One Knows (Poetry)



No One Knows

And the morning has been too cold
No cloud, but still it’s crowded
He knows that he has ever been told
But he didn’t trust the old
Grows as nothing, but just a silly goat
Somewhere, looks for the truth along the road
The road where you could find no gold
Watch out of the flood!
Again, he doesn’t listen to the old
He sinks, though his soul might float
But how long would he hold?
The death is ahead
The cold heart doesn’t melt yet 
And the story remains as just a story, which couldn’t be read




Author: Pande Bayu P.

Senin, 22 Oktober 2012

Benci (Puisi)


Benci

Tengik, becermin ia pada kertas bening
Sewenang mereka
Tak peduli dengan siapa
Membalas,
Hanya kata tajam terlontar
Kebal telinga mendengar
Terusik
Mencoba diam
Tak mampu emosi memendam
Sadarpun tidak
Benci ini tiada tara
Dari dalam
Memukul,
Mengoyak,
Ingin kuinjak
Tapi martabat mengekang
Lagi kata itu terlontar
Bunuh ?
Jalan terakhir
Semakin menjadi - jadi
Ketika itu berakhir
Panas sudah hati



                           Karya : Pande Bayu Pratama